
Di tengah derasnya arus produk impor dan persaingan global, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia menghadapi tantangan besar untuk meningkatkan daya saing. Menteri Perdagangan, Budi Santoso, menekankan pentingnya inovasi desain dan kemasan produk agar UMKM mampu bersaing dengan produk luar negeri. Pemerintah pun aktif memfasilitasi UMKM melalui kegiatan business matching dan pitching internasional, yang pada Februari 2025 mencatat potensi transaksi ekspor hingga USD 3,55 juta.
Namun, tantangan utama UMKM tidak hanya berasal dari persaingan global. Menurut Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, sekitar 95% UMKM di Indonesia masih belum kompetitif akibat keterbatasan sumber daya, kualitas produk, akses teknologi, dan pembiayaan. Selain itu, tingginya ketergantungan Indonesia terhadap impor yang mencapai Rp 1.200 triliun memperlihatkan perlunya penguatan sektor UMKM melalui regulasi, kolaborasi dengan perguruan tinggi, dan pengembangan inovasi yang dapat langsung diterapkan.
Salah satu UMKM yang terus berupaya bertahan adalah “Ketan Duren Jember”, usaha kuliner milik Ibu Esty Lestari yang telah berjalan sekitar empat bulan. Berlokasi di Jalan Kalimantan, tepat di depan DPRD Jember, serta rutin berjualan di Alun-alun kota setiap minggu, UMKM ini menawarkan sajian ketan duren yang terinspirasi dari oleh-oleh khas Malang. Produk dibuat dari bahan berkualitas, menggunakan durian asli dari pemasok tetap di Mayang dan Pakusari, serta pandan gajah dari Tuban untuk kemasan.
Dalam menjaga kualitas, pemilik berkomitmen mengolah produk tanpa pengawet sehingga cita rasa tetap terjaga meskipun daya tahan terbatas. Tantangan utama usaha ini adalah ketersediaan bahan baku dan keterbatasan distribusi jarak jauh, yang kemudian diatasi dengan kerja sama pemasok, layanan jastip di beberapa wilayah sekitar Jember, serta penggunaan jasa pengantaran lokal seperti PakJek agar harga tetap kompetitif.
Dari sisi pemasaran, Ketan Duren Jember memanfaatkan media sosial Instagram dan TikTok untuk promosi. Awalnya hanya terjual sekitar 20 box per hari, namun setelah aktif di media sosial penjualan melonjak hingga 150–200 box per hari. Popularitas produk semakin meningkat ketika food vlogger lokal mengulas secara positif, yang mendorong lebih banyak masyarakat tertarik untuk mencoba.
Meski masih menghadapi kendala legalitas dan sertifikasi, Ketan Duren Jember berhasil menunjukkan bahwa UMKM kuliner dengan strategi sederhana, konsistensi kualitas, dan pemanfaatan media digital mampu berkembang pesat serta diminati masyarakat luas.
Kesimpulan
UMKM Ketan Duren Jember yang dikelola oleh Ibu Esty Lestari memiliki prospek menjanjikan di pasar lokal. Produk unggulannya, ketan durian, menggunakan bahan berkualitas seperti durian asli Mayang dan Pakusari serta pandan gajah dari Tuban. Strategi menjaga kualitas dilakukan dengan pemilihan bahan terbaik, proses produksi tanpa bahan pengawet, serta melibatkan masyarakat sekitar.
Meskipun menghadapi kendala seperti daya tahan produk yang terbatas, hambatan distribusi jarak jauh, dan legalitas usaha yang belum lengkap, pemasaran digital melalui Instagram dan TikTok berhasil meningkatkan penjualan secara signifikan. Kolaborasi dengan food vlogger lokal juga membantu membangun citra positif serta memperluas jangkauan pasar. Temuan ini membuktikan bahwa pemasaran digital sangat efektif untuk meningkatkan daya saing UMKM dengan sumber daya terbatas.
Saran
UMKM Ketan Duren Jember disarankan untuk segera mengurus legalitas usaha, seperti Nomor Induk Berusaha (NIB) dan sertifikasi halal, agar dapat meningkatkan kepercayaan konsumen, memperluas distribusi, serta membuka peluang kerja sama dengan mitra resmi dan platform digital. Selain itu, inovasi produk dan diversifikasi menu perlu dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku musiman, sehingga usaha dapat berjalan lebih stabil sepanjang tahun. Penggunaan teknologi pengemasan modern juga menjadi langkah penting untuk memperpanjang daya tahan produk, memungkinkan pengiriman ke luar kota, dan memperluas pasar. Di sisi pemasaran, UMKM ini perlu terus memanfaatkan media sosial dan memperluas kolaborasi dengan influencer kuliner, sehingga citra merek semakin kuat dan peluang kerja sama bisnis dapat terus berkembang di tengah persaingan digital yang semakin ketat.
Tags:
No responses yet